SEJARAH INKAI
Karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kembali Menyelesaikan pendidikanya di Jepang. beberapa mahasiswa Indonesia tersebut antara lain: Baud AD Adikusumo, Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh mendirikan Dojo di Jakarta. Mereka
inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di Indonesia, dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI) yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta
Beberapa tahun kemudian berdatangan ex Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti Setyo Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman yang turut mengembangkan karate di tanah air. Disamping ex Mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha telah pula ikut memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia. Karate ternyata memperoleh banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari berbagai macam organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut oleh masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para tokoh tersebut, sehingga pada tahun 1970 menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 hasil Kongres ke IV PORKI, terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI).
BERDIRINYA INKAI
Berdirinya INKAI berawal dari rapat yang dilaksanakan di Jalan Matraman Dalam I No. 1 – Jakarta Pusat pada tanggal 15 April 1971 yang akhirnya diputuskan mendirikan Perguruan INKAI. Dalam rapat yang berlangsung dari mulai pukul 09.00 hingga 18.00 WIB tersebut dihadiri oleh beberapa karateka eks PORKI (Persatuan Olah Raga Karate Indonesia ) seperti, Sabeth Muchsin, Nico A. Lumenta (Tuan Rumah), Abdul Latief, Sori Tua Hutagalung (alm.), Albert L. Tobing (alm), Wono Sarono, A.Sy. Siregar (alm) dan salah satu karateka INKAI sebagai pembuat dan menggambar lambang INKAI bernama Harsono Rubio (alm).
Dalam Rapat tersebut disetujui bahwa sebagai Ketua Umum INKAI Pusat pertama adalah Letjend G.H. Mantik dan sebagai ketua Dewan Guru INKAI Pertama adalah Sabeth Muchsin. Dalam rapat tersebut, juga dibahas tentang lambang INKAI yang digambar oleh Harsono
Harsono Rubio yang kemudian dikoreksi dan dikritisi oleh tujuh orang anggota dewan guru INKAI tersebut. Belakangan Harsono Rubio menyatakan bahwa lambang INKAI memang dibuat dan digambar oleh beliau, tetapi beliau mengatakan tidak akan mengklaim bahwa beliaulah yang menciptakan lambang INKAI tersebut, melainkan adalah hasil pembahasan bersama antara anggota rapat yang hadir dan mengatakan bahwa INKAI adalah milik bersama.
Baca Juga : https://inkai.org/terapka-prokes-inkai-gelar-rakernas-mkb-2021/
Dalam sejarahnya INKAI telah banyak melalui rintangan dan cobaan, namun itu tidak membuat INKAI sebagai perguruan karate tidak patah arang, pada perjalanan sejarahnya INKAI telah banyak mencetak segudang prestasi bahkan telah mampu melahirkan juara – juara dunia karate.
Tanggal 25 Mei 1971, INKAI resmi berdiri sebagai perguruan anggota FORKI dan oleh PB FORKI, INKAI ditunjuk mewakili Indonesia mengikuti kejuaraan karate WUKO 1 di Jepang. Dan INKAI juga merupakan anggota resmi afiliasi JKA yang bekedudukan di Jepang. Dalam perkembangannya INKAI di Indonesia mengalami perkembangan yang begitu pesat ini terbukti bahwa di setiap pelosok tanah air terdapat Cabang-Cabang dan Ranting-Ranting dari perguruan INKAI. Saat ini INKAI berada di 34 Provinsi di seluruh Tanah Air, dengan jumlah karateka penyandang Sabuk Hitam mencapai lebih dari 22.000 orang dan nomor keanggotaan tingkatan KYU (sabuk putih s.d coklat) mencapat 2 juta orang yang mana terdiri dari kalangan Pelajar, Mahasiswa, TNI/POLRI, ASN, Perbankan, BUMN, BUMD, Swasta serta Affiliasi Pemerintah Daerah dan lain sebagainya.
.